Selamat Datang di Blog saya,, Silakan Dibaca !!

Sabtu, 04 Januari 2014

Cerpen

Arti Sebuah Kebahagiaan


 Didaerah sumatra selatan tepatnya di desa lawang tinggi yang wilayahnya cukup jauh dari perkotaan rata-rata masyarakat disana bekerja dikebun sebagai penghasil dari menanam kopi, pohon karet, dan durian.
Rini orang-orang disana memanggilnya dia termasuk orang yang tidak beruntung dalam hal keuangan, orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh di kebun tetangganya tetapi dia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, orang tuanya rela tidak makan seharian hanya untuk biaya sekolah anak sematawayangnya, saat ini rini duduk dibangku SMA negri di desanya dia termasuk salah satu siswa yang pandai, dia selalu masuk peringkat ke3.

Detik-detik hasil pengumuman kelulusan bagi siswa/i di daerah tersebut dan sekian kalinya rini masuk ke 3 besar yang memilliki nilai terbaik disekolahnya, pihak guru sangat mengharapkan rini bisa melanjutkan sekolahnya di bangku kuliah.
Setelah rini mendapatkan hasil ujian yang mendekati sempurna, rini berlari kerumahnya dia berharap semoga orang tuanya senang dan dia bisa melanjutkan sekolahnya seperti apa kata gurunya. Sesampai dirumahnya “ibu aku dapat nilai yang bagus aku ingin kuliah supaya bapak dan ibu tidak perlu menjadi buruh lagi”. Mendengar perkataan anaknya ibunya hanya tersenyum. Bapaknya berkata “nak kamu tau bapak hanya seorang buruh, penghasilan bapak perhari hanya 20ribu bapak tidak sanggup untuk membiayai perkuliahan kamu.” Dengan sebuah senyuman rini menerima jawaban dari orang tuannya.
Entah mengapa sikap rani berubah sejak orang tuanya tidak bisa mengikuti keinginannya berkuliah, dia menjadi sangat pemalas, tidak perna membantu ibunya, suka membentak orang tuanya, melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan. Saat dia kepasar dia bertemu seorang laki-laki yang menarik menurutnya, dia sangat senang karna lelaki itu mendekatinya dan menegur dia. Sudah 2bulan lebih mereka sangat dekat dan suatu hari laki tersebut berbicara tentang kepergiannya ke kota untuk bekerja rini ingin ikut bekerja disana. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk bekerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”. Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota.

3tahun rini tidak pulang kekampung halamannya, entah mengapa rini melupakan kedua orang tuanya. Bapaknya sudah semakin tua dan tidak mampu bekerja lagi, ibunya yang mengantikan posisi bapaknya sebagai buruh untuk makan dan membeli obat untuk suaminya. Sebulan lebih bapaknya sakit tidak sembuh-sembuh dan akhirnya sang bapak menutup matanya dan meninggalkan istrinya seorang diri dikampung terpencil tersebut. Ibu sangat sedih karna ditinggal kedua orang yang sangat dia sayangin, entah dia harus gimana untuk melanjutkan hidupnya, matanya yang mulai hilang penglihatannya karna penyakit katarak sangat tidak mungkin bekerja di sebagai buruh dikebun lagi, dia mendapatkan makanan dari bantuan tetangganya yang merasa ibah dengan kondisi ibu itu. Ibu merasakan hal yang aneh badannya mulai melemah, dia menulis sebuah surat untuk anaknya, dia pikir mungkin suatu saat anaknya akan kembali kesini.

5tahun kemudian...
Rini sangat senang karna sekian lama bekerja dan akhirnya dia sudah mempunyai rumah yang terbilang cukup mewah. Dia berpikir sudah waktunya dia bertemu dengan kedua orang tuanya, diapun menggambil cuti untuk membawa kedua orang tuanya tinggal bersama dia. Sesampai disana alangkah tekejutnya rini melihat rumahnya yang tidak terurus, dan sepi sekali seperti tidak dihuni bertahun-tahun, dia pun berlari kekebun yang biasanya orang tuanya bekerja disana, rini tidak menemukan orang tuanya dia hanya bertemu juragan yang mempunyai kebun itu.
“Dari mana saja kamu?” tanya juragan dengan nada yang keras.
“Dimana bapak sama ibu? Kenapa dia tidak ada disini, apa dia pindah kerja?” jawabnya dengan panik.
“Sadar atau tidak kamu sudah melantarkan kedua orang tua mu, kamu pergi sangat lama. Untuk apa kamu datang  kesini disaat orang tua mu sudah tidak ada lagi!!” juragan membentaknya.
“maksudnya apa? Kenapa bapak berbicara seperti itu kepada saya. Saya pergi lama untuk mengumpulkan uang untuk mereka, dan saya pulang untuk menjemput mereka ke rumah saya.” Jawabnya.
“Pergi sana kebelakang rumah kamu? Apa yang kamu cari ada disana.” Jawab juragan tersebut
Rini pun berlari kehalaman belakang rumahnya, sejenak terdiam rini melihat ada dua kayu yang tertancap di tanah. Campur aduk pikiran rini, dia pun menghampiri tumpukan tanah yang terdapat sebuah kayu seperti nisan. Menangis dia melihat nama bapak dan ibunya disebuah nisan. Dia sangat menyesal, dia marah lalu dia pergi kedalam rumahnya dan membanting semua barang yang ada dihadapannya. Disaat terpuruknya rini menemukan sebuah kertas di atas meja, rini membaca surat yang ditulis ibunya.

“Nak maafkan ibu sama bapak, sejak dulu sampai kamu dewasa  ibu tidak bisa memberi suatu hal yang kamu mau seperti teman-teman kamu, ibu dan bapak hanya bisa memberi kamu kasih sayang yang sangat luar biasa untuk kamu nak, permintaan kamu yang terakhir ibu dengar kamu ingin pergi kekota ibu pikir kalau bapak dan ibu menyetujui hal itu kamu akan senang, tapi sampai saat ini ibu tidak tau kabar kamu seperti apa? Bapak sudah meninggal nak dan kamu belum juga pulang menemui ibu, dan saat ini ibu sangat lemah sangat butuh kamu disini, sebelum ibu pergi ibu ingin bertemu kamu, memegang kamu, melihat senyum mu yang manis..
Maafkan bapak dan ibu yang tidak bisa membahagiakan kamu.”

Dia sangat menyesal dan menangisi kebodohan yang dia lakukan kepada ibu bapaknnya.
Dan akhirnya dia tersadar kalau kenyamanan bukan hanya sekedar rumah mewah, dan uang bukan hal orangtuanya inginkan. Melainkan kehadiran dan kebersamaannya yang bisa membuat orang tuanya bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar