Arti
Sebuah Kebahagiaan
Didaerah
sumatra selatan tepatnya di desa lawang tinggi yang wilayahnya cukup jauh dari
perkotaan rata-rata masyarakat disana bekerja dikebun sebagai penghasil dari menanam
kopi, pohon karet, dan durian.
Rini
orang-orang disana memanggilnya dia termasuk orang yang tidak beruntung dalam
hal keuangan, orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh di kebun tetangganya
tetapi dia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, orang tuanya rela tidak
makan seharian hanya untuk biaya sekolah anak sematawayangnya, saat ini rini
duduk dibangku SMA negri di desanya dia termasuk salah satu siswa yang pandai,
dia selalu masuk peringkat ke3.
Detik-detik
hasil pengumuman kelulusan bagi siswa/i di daerah tersebut dan sekian kalinya
rini masuk ke 3 besar yang memilliki nilai terbaik disekolahnya, pihak guru sangat
mengharapkan rini bisa melanjutkan sekolahnya di bangku kuliah.
Setelah
rini mendapatkan hasil ujian yang mendekati sempurna, rini berlari kerumahnya
dia berharap semoga orang tuanya senang dan dia bisa melanjutkan sekolahnya
seperti apa kata gurunya. Sesampai dirumahnya “ibu aku dapat nilai yang bagus
aku ingin kuliah supaya bapak dan ibu tidak perlu menjadi buruh lagi”.
Mendengar perkataan anaknya ibunya hanya tersenyum. Bapaknya berkata “nak kamu
tau bapak hanya seorang buruh, penghasilan bapak perhari hanya 20ribu bapak
tidak sanggup untuk membiayai perkuliahan kamu.” Dengan sebuah senyuman rini
menerima jawaban dari orang tuannya.
Entah
mengapa sikap rani berubah sejak orang tuanya tidak bisa mengikuti keinginannya
berkuliah, dia menjadi sangat pemalas, tidak perna membantu ibunya, suka
membentak orang tuanya, melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan. Saat
dia kepasar dia bertemu seorang laki-laki yang menarik menurutnya, dia sangat
senang karna lelaki itu mendekatinya dan menegur dia. Sudah 2bulan lebih mereka
sangat dekat dan suatu hari laki tersebut berbicara tentang kepergiannya ke
kota untuk bekerja rini ingin ikut bekerja disana. Kemudian dia mengutarakan
keinginannya untuk bekerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya
tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya
yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian
ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke
kota nak”. Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia
bersiap-siap untuk pergi ke kota.
3tahun
rini tidak pulang kekampung halamannya, entah mengapa rini melupakan kedua
orang tuanya. Bapaknya sudah semakin tua dan tidak mampu bekerja lagi, ibunya
yang mengantikan posisi bapaknya sebagai buruh untuk makan dan membeli obat
untuk suaminya. Sebulan lebih bapaknya sakit tidak sembuh-sembuh dan akhirnya
sang bapak menutup matanya dan meninggalkan istrinya seorang diri dikampung
terpencil tersebut. Ibu sangat sedih karna ditinggal kedua orang yang sangat
dia sayangin, entah dia harus gimana untuk melanjutkan hidupnya, matanya yang
mulai hilang penglihatannya karna penyakit katarak sangat tidak mungkin bekerja
di sebagai buruh dikebun lagi, dia mendapatkan makanan dari bantuan tetangganya
yang merasa ibah dengan kondisi ibu itu. Ibu merasakan hal yang aneh badannya
mulai melemah, dia menulis sebuah surat untuk anaknya, dia pikir mungkin suatu saat anaknya akan
kembali kesini.
5tahun
kemudian...
Rini
sangat senang karna sekian lama bekerja dan akhirnya dia sudah mempunyai rumah
yang terbilang cukup mewah. Dia berpikir sudah waktunya dia bertemu dengan
kedua orang tuanya, diapun menggambil cuti untuk membawa kedua orang tuanya
tinggal bersama dia. Sesampai disana alangkah tekejutnya rini melihat rumahnya
yang tidak terurus, dan sepi sekali seperti tidak dihuni bertahun-tahun, dia
pun berlari kekebun yang biasanya orang tuanya bekerja disana, rini tidak
menemukan orang tuanya dia hanya bertemu juragan yang mempunyai kebun itu.
“Dari
mana saja kamu?” tanya juragan dengan nada yang keras.
“Dimana
bapak sama ibu? Kenapa dia tidak ada disini, apa dia pindah kerja?” jawabnya
dengan panik.
“Sadar
atau tidak kamu sudah melantarkan kedua orang tua mu, kamu pergi sangat lama.
Untuk apa kamu datang kesini disaat
orang tua mu sudah tidak ada lagi!!” juragan membentaknya.
“maksudnya
apa? Kenapa bapak berbicara seperti itu kepada saya. Saya pergi lama untuk mengumpulkan
uang untuk mereka, dan saya pulang untuk menjemput mereka ke rumah saya.”
Jawabnya.
“Pergi
sana kebelakang rumah kamu? Apa yang kamu cari ada disana.” Jawab juragan
tersebut
Rini pun berlari
kehalaman belakang rumahnya, sejenak terdiam rini melihat ada dua kayu yang
tertancap di tanah. Campur aduk pikiran rini, dia pun menghampiri tumpukan
tanah yang terdapat sebuah kayu seperti nisan. Menangis dia melihat nama bapak
dan ibunya disebuah nisan. Dia sangat menyesal, dia marah lalu dia pergi
kedalam rumahnya dan membanting semua barang yang ada dihadapannya. Disaat
terpuruknya rini menemukan
sebuah kertas di atas meja, rini membaca surat yang ditulis ibunya.
“Nak maafkan ibu sama
bapak, sejak
dulu sampai kamu dewasa ibu tidak bisa
memberi suatu hal yang kamu mau seperti teman-teman kamu, ibu dan bapak hanya
bisa memberi
kamu kasih sayang yang sangat luar biasa untuk kamu nak, permintaan kamu yang terakhir
ibu dengar
kamu ingin pergi kekota ibu pikir kalau bapak dan ibu menyetujui hal itu kamu
akan senang, tapi sampai saat ini ibu tidak tau kabar kamu seperti apa? Bapak
sudah meninggal nak dan kamu belum juga pulang menemui ibu, dan saat ini ibu sangat lemah sangat butuh kamu
disini, sebelum ibu pergi ibu ingin bertemu kamu, memegang kamu, melihat senyum
mu yang manis..
Maafkan bapak dan ibu
yang tidak bisa membahagiakan kamu.”
Dia sangat menyesal dan menangisi
kebodohan yang dia lakukan kepada ibu bapaknnya.
Dan
akhirnya dia tersadar kalau kenyamanan bukan hanya sekedar rumah mewah, dan
uang bukan hal orangtuanya inginkan. Melainkan kehadiran dan kebersamaannya
yang bisa membuat orang tuanya bahagia.